Pada bulan Maret ini bukan hanya umat Islam yang berpuasa
Tapi umat Hindu pada saat Nyepi, umat Kristiani berpantang/puasa 40 hari Prapaskah,
dan umat Baha'i puasa 19 hari.
Berbeda-beda metode dan dogma teologisnya, namun sejatinya satu makna (Vina,2024)
Tulisan pembuka ini saya kutip dari percakapan whatsapp di salah satu group. Kalimat ini menarik karena mengingatkan bahwa semua individu memiliki puasa ataupun pantang bukan hanya milik satu kaum saja.
Lalu .....
Artikel hari ini akan membahas detox pikiran sebagai salah satu bentuk puasa mengendalikan diri dengan segala warna warni kehidupannya.
Manusia pasti pernah "pusing" mungkin juga saat ini dalm keadaan "pusing"entah mikir hal receh seperti nanti buka mau makan apa ya? ataupun mikir berat seperti apa dia juga memikirkan aku? eh... Semua pikiran itu wajar, pokoknya stres pun hal yang wajar.
Nah, tidak wajar jika pikiran itu berlebihan atau istilah jaman sekarang overthinking.
Mumpung sekarang momen puasa, ada beberapa perilaku yang pantang dilakukan, yuks kita manfaatkan pantangan ini untuk detox diri terutama detox pikiran yang over loaded.
Over Thinking merupakan pikiran yang berlebihan dan berulang-ulang. Seringkali ovt muncul dimalam hari saat akan tidur. Nah, umumnya ciri-ciri individu yang mengalami overthinking biasanya akan sering merasa terjebak dalam pikiran yang tak berujung, mikir hal yang sama secara terus-menerus, mempertimbangkan segala kemungkinan dengan memberi penekanan harusnya kayak gini, atau gini ya, dan juga perasaan cemas berlebihan mengenai masa depan.
Kadang ada momen dimana individu bisa mikir "sadar". Sadar bahwa dia hidup hari ini, hari kemaren tidak terulang lagi, tidak ada gunanya berandai-andai untuk masa depan karena apa yang akan terjadi hari esok tidak ada yang bisa tau secara pasti.
Media sosial menjadi salah satu trigger dari overthinking... Benarkan? Tidak dapat dipungkiri. Melihat postingan teman akan membawa kita pada dunia andai dan juga dunia sawang sinawang. Bahkan kadang sebenarnya kita sudah berjalan diarah yang benar, tapi karena melihat postingan teman eh malah merubah jalan mengikuti jalan teman yang ternyata akan menggiring kita pada dunia terlambat, ah kok tidak dari dulu, kok baru sekarang? kok dia bisa melejit siy? dan masih banyak pikiran - pikiran lainnya. Sorry bos, saia mau berkata welcome dunia sang sinawang.. dunia dia akan lebih indah dari dunia kita (terlihatnya seperti itu).
Hmm... pernah dengar kalimat pikiranmu adalah sumber kehidupanmu? Yaps... perkenalkan teori Murphy Law "semakin kamu takut, maka ketakutanmu itu akan menjadi nyata".
Hidupmu akan negatif terus, jika dalam pikiranmu itu hal yang negatif. Kamu akan terus merasa tersakiti jika dalam pikiranmu memang kamu selalu disakiti. Seringkali mindset kita penuh dengan pikiran negatif, nah itulah yang akhirnya menjadikan diri dan kehidupan kita penuh dengan hal negatif. Sehingga akan menghadirkan kecemasan dan lama kemalamaan akan mengarah pada ketakutan yang sebenarnya dibuat oleh dirinya sendiri.
ups ternyata banjirnya informasi yang kita peroleh saat ini memberikan pengaruh pada murphy law. Tanpa kita sadari seringkali kita mengkonsumsi sampah informasi baik berupa hoaks ataupun hujatan, kita juga sering kali mengkonsumsi informasi yang berlebihan bahkan mengkonsumsi informasi yangs seharusnya tidak kita terima.
Karena itu dibutuhkan kemampuan individu, kemampuan kita untuk memfilter informasi yang sumbernya jelas, objektif, walaupun demikian informasi subjektif belum tentu informasi salah tapi yang perlu diingat subjektif berarti informasi yang hanya disukai oleh individu dan dipilih berdasarkan kepentingan.
Pikiran yang berlebihan, murphy law sungguh berbahaya bagi Individu karena bisa membuat individu mengalami kecemasan, rasa curiga dan bahkan bisa mengarahkan individu untuk percaya pada konspirasi. Loh kok bisa ?karena individu akan lebih mudah memvalidasi atas pikiran mereka dibandingkan dengan mencari alasan logis dari sebuah pikiran.
Selain itu juga, bahaya dari murphy law adalah kendali atas pikiran. Misalnya saja saat kita mengidolakan sosok A, maka kita menyakini bahwa A ini adalah yang terbaik padahal bisa jadi si A tidak lebih baik dari sosok lain. Nah parahnya bisa jadi informasi yang disampaikan oleh A akan diyakini sebagai kebenaran padahal mengandung informasi sesat dan orang yang mudah terprovokasi akan menafikan informasi dari sumber lain.
So, gimana kita mengurangi efek murphy law dan overthinking?
Kita bisa melakukan detox pikiran dengan cara mengendalikan pikiran kita, mengurangi asumsi bahwa diri sendiri adalah kebenaran. Asumsi dan pikiran kita belum tentu benar, bisa jadi kita mengalami bias konfirmasi.
Jika ada masalah kecil, diselesaikan dengan cara kenalin dulu masalahnya, sumber masalah dan juga kenali efek masalahnya. Setelahnya kita bisa melakukan coping. Pertama langsung menyelesaikan sumber masalah. Jika memang yang bermasalah adalah orang, temui orang itu sampaikan kegelisahan diri. Namun jika sumber masalahnya tidak dapat ditemui maka bisa memilih emotional focus coping, yaitu dengan memfokuskan pada emosional dengan menyampaikan beban pikiran melalui cerita ataupun menggunakan art terapi.
Ingat, kita tidak bisa mengendalikan lingkungan, kita tidak bisa membuat semua orang suka tapi yang bisa kita kendalikan diri kita sendiri dan pikiran kita.
Mumpung kita berada di momentum puasa / berpantang bisa yuk untuk mulai memfilter informasi agar tidak overthinking. Kalau sudah terlanjur overthinking, yuks biasakan diri untuk coping stress. Tapi kalu sudah mentok, tidak ada salahnya kita mengunjungi dan berkonsultasi dengan psikolog.
Kesehatan mental kita sangat penting, so mari kita jaga pikiran kita agar tetap aware dan positif.
Note : ilustrasi pribadi
Komentar
Posting Komentar