Langsung ke konten utama

Berkomentar atau mendengarkan

 

Sumber : Google


Apa yang pertama kali terlintas saat melihat Gambar diatas?

Pertanyaan sederhana namun cukup menggugah rasa, apakah kita sadar ada hati yang seharusnya kita jaga saat berkomunikasi? maksudnya gimana? 

pasti pernah berada di moment "makjleb" saat berkomunikasi dengan orang lain, makjleb saat mendengarkan respon dari lawan berbicara kita, dimana kalimat yang diutarakan sedikit atau mungkin banyak menyakitkan sehingga seharusnya kalimat itu tidak terucap.

sebagai contoh, saat pertama kali menulis buku dan akhirnya kami berhasil menerbitkan buku tersebut, tentu saja kami bersuka cita dengan euforia itu walaupun jujur (terselip) insecure yang cukup besar. Pada satu moment, kami berdiskusi mengenai tulis menulis dengan dua penulis buku yang sudah sepuh, dan telah beberapa kali menulis buku. Salah satu penulis itu bertanya "berapa lama kalian menyelesaikan buku ini? sayapun menjawab 10 bulan bu. Dan tau respon dia dan temannya menertawakan sinis dan bilang kami nyusun buku kami 1 bulan dan secara online. Saya yang mendengarnya "makjleb" dan senyum tipis. 

Hmm... kenapa makjleb? karena beliau membandingkan dengan sesuatu yang tidak sepadan. proses yang dilalui oleh beliau dan oleh kami tentu saja beda. Dan, tentu saja beliau tidak mengetahui bagaimana proses struggle-nya kami menyusun buku tersebut, terutama struggle-nya saya pribadi menyelesaikan penulisan buku itu dengan kondisi hamil dan perang batin mental supaya tetap fine ditengah gempuran. 

Karena itu, sangat diperlukan komunikasi rasa yang mengandung empati. Komunikasi empati adalah komunikasi yang mengedepankan perasaan, memahami situasi, peduli dan memberikan perhatian pada komunikan. 

Wah baper ni, mungkin ada yang berkata demikian. Tapi ini bukanlah baper, atau ego semata namun syarat utama terbentuknya komunikasi interpersonal yang sehat dengan menyadari sepenuhnya ada perasaan lawan bicara yang perlu kita jaga. Selain itu komunikasi yang efektif juga memberikan syarat akan terbentuk saat kita menyadari dan merasakan "apa" yang dirasakan oleh komunikan. 

Gimana caranya kita tahu perasaan orang lain, kan perasaan tidak dikatakan? 

Yups, tidak semua orang bisa menyampaikan perasaan tidak nyaman saat berkomunikasi, hanya orang- orang asertif yang mampu dan mau berkata tidak nyaman. Lalu gimana caranya kita mengetahuinya? perhatikan gesture tubuh, mimik wajah dan komunikan, ada perubahan atau tidak saat berkomunikasi. Komunikasi empati ini akan membangun kepekaan dan memahami bahasa non verbal. 

Apa bahaya minimnya rasa dalam berkomunikasi?

Pertama, rasa menentukan kualitas dalam komunikasi dan interaksi kita. Kurangnya empati bisa membuat misleading informasi, konflik dan konflik. Karena lawan bicara bisa memberikan tafsir yang berbeda.

Kedua, komunikasi menjadi renggang, karena adanya konflik dan mispersepsi yang tidak terselesaikan. Komunikan akan memberikan dugaan bahwa komunikator tidak memahami perasaan dan tidak mengerti posisi komunikan.

Ketiga, tidak peka dalam membantu oranglain. 

Lalu, gimana cara kita menumbuhkan komunikasi rasa?

sumber : Google


Jawabnya mudah tapi sepertinya agak sulit dilakukan 

MENJADI PENDENGAR YANG BAIK dan HADIR. Saat teman bercerita, kita harus HADIR, memberikan respon dengan mimik wajah, gesture tubuh, tatapan mata yang menginsyaratkan AKU MENDENGARMU, AKU DISINI. Tanpa memberikan penghakiman ataupun menyela percakapan orang lain (ini yakin deh susah, karena lebih banyak dorongan untuk menyampaikan apa yang kita pikirkan). 

Di masyarakat pada umumnya juga terjadi, seringkali orang "pandai" Mengutarakan pendapat tapi kurang mahir dalam mendengarkan. Orang-orang "berpendidikan " Belajar untuk mengutarakan pendapat, opini, analisa dan buah pikir dengan baik, namun sayangnya tidak Diimbangi dengan belajar mendengarkan.. itulah manusia memiliki satu mulut dan dua telinga, hal ini memiliki arti mendengarkan memiliki nilai "kepentingan" dua kali lipat dari sekedar "pandai"berbicara. 

Ada kalanya teman kita yang bercerita hanya ingin menyampaikan "apa" yang dia rasakan dan pikirkan tanpa sebenarnya membutuhkan masukan dan saran. Cukuplah menjadi pendengar yang baik dengan tidak memberikan komentar yang membandingkan dirimu dengan dirinya. Karena kita tidak pernah tahu "apa" yang dirasakan oleh lawan bicara kita. 

Komunikasi Empati merupakan kunci dari suksesnya komunikasi interpersonal. "Hadirkan Dirimu saat berkomunikasi."

 


Yogyakarta, 29 Juni 2023, 02:20 wib. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...