Semua bisa kena hoaks !!!
Judul ini merupakan judul presentasi yang saya bawakan dalam sekolah relawan literasi digital Kediri 03 September 2022. Yaps ini salah satu kegiatan untuk mendukung gerakan literasi digital masyarakat Indonesia namun khusus untuk sekolah relawan ini pesertanya dibatasi usia 18 - 25 tahun yang aktif dalam komunitas atau organisasinya.
Back to the topic, lalu apa hubungannya semua bisa kena hoaks dengan sekolah relawan literasi digital Kediri? yaps tentu saja ada hubungannya, sangat erat dan mesra uhuy... Gimana tidak mesra, kalau ruang digital kita banyak berseliweran informasi, baik informasi yang bermanfaat maupun informasi hoaks. Ruang digital kita banjir informasi bahkan bisa dikatakan kita mengalami tsunami informasi.
Mbah marshall McLuhan beberapa waktu lalu pernah ngomong "besok-besok dunia kita yang luas ini akan menjadi desa kecil" .Hmm, kok bisa jadi desa? kan dunia ini luas banget terdiri dari ribuan pulau, beberapa benua dan terpisahkan jarak dan waktu. Jangankan perbedaan waktu belahan bumi, beda wilayah Indonesia aja terjadi perbedaan waktu. Lalu kok bisa jadi sebuah desa? Jawabannya adalah coba kita amati, karakteristik dari sebuah desa itu apa? informasi yang beredar di sebuah desa bisa menyebar begitu saja dengan cepat sekali wuuuzzz informasi itu akan sampai pada warga lainnya. Nah inilah yang terjadi sekarang ini, informasi yang kita terima tidak mengalami "delay" semua informasi bisa diterima saat itu juga. Banjirnya informasi dan cepatnya informasi yang kita terima memerlukan kewaspadaan diri kita dalam memilah informasi tersebut. Nah, karena itu saya, kamu, dia dan mereka harus tau mengenai hoaks dan perintilannya, hoaks dan dinamika psikologisnya.
Sering kali ada yang bertanya, ngapain kita susah-susah untuk mengetahui dinamika psikologis hoaks? jawabannya agar kita tidak mudah untuk percaya. kok bisa begitu? Jadi individu itu sangat mudah di manipulasi, kita cenderung memiliki sifat mudah dimanipulasi. hmm, pasti mau menyangkal kan, coba deh lebih suka dengar kata-kata manis kan dibandingkan kata yang mengandung kejujuran. ya kan. Kita lebih suka mendengarkan abang-abang lambe daripada kalimat aku tidak suka kamu kalau kamu seperti ini.
Mengutip dari buku :psikologi hoaks" (hmm, bukan promosi tapi memasarkan hihi sama aja ya) dalam kesehariannya kita memiliki kecenderungan untuk selalu menilai, memiliki pandangan nilai sebelum membaca atau memperoleh informasi. Pandangan nilai ini bisa dikatakan sebagai persepsi yang dimiliki oleh individu berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pandangan nilai inilah yang sebagian besar memberikan pengaruh terjadinya bias konfirmasi dan hadirnya prasangka pada diri kita.
1. Proses intuisi, yaitu proses cepat dan otomatis yang hanya membutuhkan sedikit pemikiran sadar
2. Proses bermusyawarah, yaitu proses berdiskusi yang dilakukan saat menerima sebuah informasi, mempertimbangkan sisi positif atau negatif dari informasi, dan mempertimbangkan sisi lain dari sebuah informasi.
Diakui atau tidak, keberadaan teknologi termasuk kehadiran media sosial merupakan sebuah alat yang dapat membantu kehidupan masyarakat yang mendorong kemajuan bersama apabila media sosial tersebut digunakan sebagai sarana seperti berdialog, berdiskusi, dan bertukar pengetahuan agar semakin mengasah kemampuan berpikir kritis (positif).
Sebaliknya teknologi dan media sosial akan menjadi penyebab rusaknya tatanan masyarakat dan penyumbang kerusakan terbesar bagi kemajemukan bangsa apabila tidak digunakan / dikelola dengan baik dan benar.
Komentar
Posting Komentar