Langsung ke konten utama

Perspektif Psikologi : Film Mantan tentara anak Muslim dan Kristen Ambon yang jadi duta damai - BBC Indonesia

 





Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat malam, Salam sejahtera bagi kita semuanya, Om swastiastu, Namo buddhaya, Salam kebajikan. Rahayu Rahayu...


pertama - tama saya mengucapkan terima kasih kepada teman- teman Gusdurian mojokerto yang sudah berkenan mengajak saya dalam kegiatan diskusi ini.


Perkenalkan kembali saya cahya suryani, atau biasa di sapa caca. 


Saya akan mulai dengan pertanyaan sederhana ….


Mengapa mereka menyesal ?


Satu kalimat menarik terucap dari Ronald Regang "Seandainya waktu bisa diputar". 


Kenapa kalimat penyesalan ini terucap?


jawabannhya, karena mereka menyadari bahwa informasi yang diterima sama. Kelompok Agas maupun kelompok Jihad menerima informasi negatif yang sama.


Kenapa begitu?


Tentu saja karena ada prasangka yang bermain didalam kedua kelompok ini.


Prasangka bahwa kelompok A jahat, ingin membunuh kelompok saya, begitu juga prasangka dari kelompok B juga seperti itu. Mereka asyik dengan dunia prasangka tanpa ada klarifikasi informasi.


Lalu, definisi prasangka itu seperti apa? Nah Prasangka dapat berarti nilai yang berisikan sikap, emosi, atau perilaku negatif terhadap individu lain atau kelompok lain.


Sudahlah, jangan memberi nilai pada sesama manusia...


Perkataan ini benar namun tidak dapat dipungkiri bahwa semua manusia memberikan penilaian. Dimana nih, penilaian diberikan dengan merendahkan, pengekspresian, perasaan negatif, tindakan permusuhan dan tindakan diskriminatif.


Lalu, kenapa orang bisa berprasangka ?


Prasangka timbul karena adanya perbedaan, dimana perbedaan ini menimbulkan perasaan superior.


Banyak hal yang membuat individu memiliki prasangka. Tapi yang paling kuat adalah perasaan superior. Dimana, perasaan menganggap diri atau kelompok saya yang terbaik. Contohnya, saya paling cantik,, saya paling pintar, saya paling rajin.. nah kata paling ini menunjukkan sisi superior individu. Wajar tentu saja asal tidak merugikan individu atau pihak lain.


Orang berprasangka karena memang sudah dipersiapkan di dalam lingkungannya atau kelompokannya untuk berprasangka.


Dalam kasus film yg tadi kita tonton … Prasangka timbul karena adanya anggapan kelompok A ataupun B adalah kelompok jahat, dimana anggapan ini sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan di dalam lingkungannya.


Prasangka yang entah diperoleh dari lingkungan atau provokasi individu memberikan dampak negatif, memberikan dampak buruk. 


Saling bunuh, saling bakar sampai... ’sayang kamu semua’: Mantan tentara anak Islam dan Kristen Ambon



Hmm… lalu apa yang menjadi salah satu faktor permusuhan? Pertikaian? Gelut baik di dunia nyata dan maya? 


Tentu saja jawabannya adalah informasi.


Setiap individu rentan melakukan kesalahan dalam memberikan penilaian sebuah informasi. Dampak dari kesalahan tersebut dapat menyebabkan sikap abai dan tidak percaya atas sebuah informasi penting, bahkan dampak terburuk adalah individu tersebut dapat membuat keputusan yang berbeda atau bertentangan dengan bukti yang tersedia.



Kenapa dengan informasi?


Karena informasi berhubungan dengan kepercayaan.. Seseorang akan menerima informasi bila ada kepercayaan yang terjalin dgn individu.


Garent dan Weaks (2017) menggarisbawahi dua proses yang menjadi panduan individu dalam membentuk penilaian termasuk penilaian terhadap sebuah informasi yang benar dan salah. 

 

Pertama proses intuisi, yaitu proses cepat dan otomatis yang hanya membutuhkan sedikit pemikiran sadar. Proses cepat disini adalah keputusan secara tidak sadar akan suatu kebenaran dari informasi hanya dengan mempertimbangkan satu sisi informasi saja, like ataupun dislike terhadap sebuah informasi. 

 

Seperti penjabaran di atas ketika individu sudah memiliki pandangan suka terhadap satu informasi maka informasi selain itu tidak akan diterima. Kedua proses bermusyawarah, yaitu proses berdiskusi yang dilakukan saat menerima sebuah informasi, mempertimbangkan sisi positif atau negatif dari informasi, dan mempertimbangkan sisi lain dari sebuah informasi.


Tidak menutup kemungkinan, ada hoaks yang tersebar di dua kubu.


Hoaks yang beredar secara terus menerus, secara tidak langsung dan disadari mempengaruhi keyakinan dan perilaku pengguna media sosial.

 

Setiap individu memiliki kerentanan akan sebuah informasi. Kerentanan ini dapat terjadi apabila individu tersebut mengalami proses pelitnya informasi atau yang dikenal sebagai kognitif miserliness.

 

Informasi yang pelit adalah kecenderungan individu memproses informasi dengan cepat dan 

spontan tanpa berpikir panjang. Proses ini terjadi saat individu cenderung menggunakan jalan pintas mental dalam membuat sebuah keputusan tanpa berpikir panjang efek dari keputusan tersebut. Individu yang sering terpapar hoaks akan cenderung memiliki proses mental ini,

 

Sebuah informasi akan berkaitan dengan self-belief dan trust individu terhadap suatu nilai atau informasi. Seringkali kita melupakan asal-usul informasi berasal dari sebuah kepercayaan yang dianut oleh individunya. Mengutip dari Baumeister (2008) Manusia adalah agen informasi, dimana dalam semua kegiatanyang dilakukannya selalu melibatkan komunikasi dan aktivitas diskusi informasi dengan individu lainnya. Umumnya kegiatan ini memiliki bias terhadap informasi yang dibagikan menjadi kurang lengkap karena dipengaruhi juga oleh bias pemahaman kelompok

 

Respon individu menerima hoaks : cemas dan depresi.. itulah yang terjadi pada teman2 tentara anak


Mengutip perkataan dari Bapak agus catur.. Pendeta gkjw tumpak 


Kita harus melakukan tiga hal agar tidak konflik


1. Saling mengenal

2. Saling mencintai

3. Menjalin Komunikasi


saya optimis kita akan baik-baik saja, Indonesia tetap beragam. Berkomunikasi, berdialog untuk mengikis prasangka.


Ayoo ngopi, jangan ngopi hanya di wilayahmu saja.



Salam Pancasila, Salam Merdeka .


Cahya Suryani.


Referensi : 


https://youtu.be/WVIPRZanYBg 


 Suryani, C., dan Wiryadigda, P. (2022) Psikologi Hoaks.CV Mozaik Pratama ISBN 978-602-1049-25-9






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...