Langsung ke konten utama

Ngobrolin pendapat Milenial terhadap Hoaks



Sosial media apa yang ramai digunakan oleh milenial

Dan apa alasan memilih sosial media itu?

Bagaimana tanggapan milenial terhadap hoaks?

Apa yang mereka lakukan agar bisa terhindari dari hoaks?

saat ini semakin sering terdengar bahasan mengenai milenial.  Menurut KBBI milenial berasal dari kata mi.le.ni.al yang berkaitan dengan milenium dan generasi yang lahir ditahun 1980an dan 2000an. Kehidupan generasi tidak dapat dilepaskan dari teknologi informasi termasuk internet.

Credit By Google

Sebelum menulis artikel ini saya sempat melakukan riset terlebih dahulu, riset kecil-kecilan mengenai sosial media yang paling sering digunakan oleh milenial saat ini, subjek survei itu sebanyak 100an remaja milenial yang berumur sekitar 17-21an. Dari hasil survei remaja menggunakan media sosial instagram sebagai media untuk mengusir kesepian yang di alaminya.  Saat mereka sendiri, saat mereka tidak melakukan kegiatan fisik, maka mereka akan mengakses sosial media instagram. Kenapa instagram? Ya, karena instagram sosial media yang cenderung baru dan kalau di instagrm mereka tanpa perlu repot-repot menjalin hubungan kalau mereka tidak follow balik. Saya pernah menjumpai seorang remaja yang berkata, bu aku mau nyari followers dulu dengan cara menerima semua permintaan orng yang ingin mengikuti akun ig nya tanpa perlua dia memfollow balik.

Credit By Google

Nah nah, kalau kita membahas sosial media maka kita akan selalu menjumpai satu hal yang sudah menjadi pembicaraan yang luas, hoaks. Ya hoaks lagi dan lagi. Kenapa hoax harus menjadi topik yang serius ? kalau masalah itupun semua sudah tau jawabannya, hoax akan membuat masyarakat menjadi terpecah belah. Masyarakat itu semua kalangan loh, tidak terkecuali generasi millenials.
Salah satu ciri dari generasi milenial itu kan generasi dengan tingkat intensitas penggunaan internet yang cukup besar dibandingkan dengan generasi lainnya, dimana hampir semua kehidupan yang di lalui generasi ini selalu menggunakan internet, baik belajar maupun berkegiatan santainya. Berangkat dari ciri-ciri itu, timbul pertanyaan baru, apa generasi milenial akan terpapar hoaks? Apa tanggapan generasi milenial terhadap hoax yang sekarang merajalela di masyarakat ? 
Credit By Google

Selain melakukan survei sosial media yang paling sering digunakan oleh generasi milenial, saya juga sempat melakukan wawancara tipis-tipis dengan salah satu remaja milenial yang sekarang kuliah jurusan ilmu komunikasi di salah satu kampus negeri di Indonesia . Berikut kutipan wawancaranya

ME : Dek, hoaks itu apa?
He: hoaks itu berita palsu tidak jelas kebenarannya, tidak jelas sumbernya, berita yang memang benar-benar bisa membuat ujarannya kebencian, hoaks itu dibuat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab , orang yang buat berita seolah-olah berita itu ada padahal tidak ada. itu gambaran hoaks yang saya tau
Me : naaaah, apa adek sering mengakses berita hoaks ?
He : tidak lah
Me : kalau ada berita yang beredar apa adek lagsung percaya nih sama berita tersebut?
He: aku selalu cermat dalam memilah sumber, harus dibaca berita secara keseluran tidak asal percaya .
Me : apa itu juga berlaku pada teman-teman adek?
He : huuu yang dari pelosok2 yang kurang paham, teman-teman dari daerah-daerah kecil yang masih banyak main fb yang masih percaya pada hoaks, apalagi momen politik sekarang banyak yang share berita tidak jelas. Kalau saya pribadi harus bijak dalam memakai media, entah itu lebih cermat dalam memilih berita, kayak ada berita sumbernya kurang jelas ya harusnya kita cari referensi di google tentang kebenaran berita itu, kan sekarang sudah banyak sarana-saran pencarian informasi.
Me : jadi sosial media apa yang sering adek gunakan?
He : saya lebih sering menggunakan instagram, daripada fb
Me : loh kenapa ? alasannya apa?
He : Instagram lebih update, maksudnya lebih banyak temanku yang pake ig daripada fb. Ig lebih banyak officialnya dari pada fb dan cepat updatenya. Ig lebih panjat sosial. Fb lebih mudah menjadi tempat persebaran hoax , wadahnya hoaks karena yang pakai masih semua kalangan. Misalnya teman saya yang dari pelosok lebih banyak menggunakan fb daripada ig,ig jarang ada yang main.  Di fb juga temanku sering update status pake bahasa alay, tulisan alay yag campuran huruf dengan angka.
Me : jadi menurut kamu ig bebas hoaks?
He : tidak, tapi di ig teman-temannya bisa di sortir kayak saya, teman ig ku ya hanya temanku saja,  saya batasi follow akun aneh2. Karena saya follow akun yang penting jadi temanku ya hanya itu saja, teman ig ku ya temanku semua.
Me : oalah jadi yang muncul di feed pembaruan hanya dari kalangan teman-temanmu.
He : iyaaa donk

Berdasarkan hasil wawancara kita bisa menemukan sikap milenial yang diwakili narasumber mengenai pilihan mengakses sosial media. Instagram dipilih sebagai media sosial yang digunakan saat ini karena feature yang selalu update dan memiliki privasi yang cukup baik untuk selektif dalam berteman. Menurut narasumber juga media sosial instagram dan facebook berbeda generasi pengguna, selain itu narasumber tidak menggunakan facebook karena facebook menjadi salah satu wadah penyebaran hoaks.

Efek echo chamber atau ruang gema menjadi salah satu penyebab kenapa narasumber lebih condong menggunakan media sosial instagram di bandingkan dengan media sosial facebook. Karena narasumber dan beberapa remaja milenial sangat selektif dalam memfollow akun yang menurut mereka sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka. 

Credit By Google


Era teknologi yang berkembang ini semakin membantu masyarakat untuk saling berkomunikasi satu sama lain. saat ini ada aloritma cerdas yang dibuat untuk mengenali, mencatat pola data dan mengenali pengguna internet dengan tujuan awal untuk mempermudah pengguna mendapatkan hal apa yang di inginkan baik di media sosial maupun di periklanan namun karena adanya algoritma ini akhirnya membentuk echo chamber yang membuat individu di media sosial sepeerti hanya berada dalam alam yang sama. Sebuah kelompok secara tidak langsung akan terbentuk, misalnya saya menyukai postingan mengenai hoaks maka saat itu juga akan di lini masa akan muncul teman-teman saya yang menyukai postingan senada dengan saya . 
Credit By Google

Pertanyaan selanjutnya apa remaja milenial dapat terpengaruh dengan berita hoaks ? ya jawabannya semua orang dapat menjadi korban dari hoaks dan semua orang dapat menjadi pelaku penyebaran hoaks. Ini semua sangat erat kaitannya dengan pengetahuan digital yang di miliki setiap individu.

Terakhir Ujung Tombak dari Perubahan adalah Remaja.
Remaja harus berpikir kritis dalam memilah berita
Yuks, Bijak Bermedia Sosial 


Menulis untuk berbagi, Berbagi dengan menulis

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...