Sosial media apa
yang ramai digunakan oleh milenial
Dan apa alasan memilih sosial media itu?
Bagaimana
tanggapan milenial terhadap hoaks?
Apa yang mereka
lakukan agar bisa terhindari dari hoaks?
Credit By Google |
Sebelum
menulis artikel ini saya sempat melakukan riset terlebih dahulu, riset
kecil-kecilan mengenai sosial media yang paling sering digunakan oleh milenial saat
ini, subjek survei itu sebanyak 100an remaja milenial yang berumur sekitar
17-21an. Dari hasil survei remaja menggunakan media sosial instagram sebagai
media untuk mengusir kesepian yang di alaminya. Saat mereka sendiri, saat mereka tidak
melakukan kegiatan fisik, maka mereka akan mengakses sosial media instagram.
Kenapa instagram? Ya, karena instagram sosial media yang cenderung baru dan
kalau di instagrm mereka tanpa perlu repot-repot menjalin hubungan kalau mereka
tidak follow balik. Saya pernah menjumpai seorang remaja yang berkata, bu aku
mau nyari followers dulu dengan cara menerima semua permintaan orng yang ingin
mengikuti akun ig nya tanpa perlua dia memfollow balik.
Credit By Google |
Nah
nah, kalau kita membahas sosial media maka kita akan selalu menjumpai satu hal
yang sudah menjadi pembicaraan yang luas, hoaks. Ya hoaks lagi dan lagi. Kenapa
hoax harus menjadi topik yang serius ? kalau masalah itupun semua sudah tau
jawabannya, hoax akan membuat masyarakat menjadi terpecah belah. Masyarakat itu
semua kalangan loh, tidak terkecuali generasi millenials.
Salah
satu ciri dari generasi milenial itu kan generasi dengan tingkat intensitas
penggunaan internet yang cukup besar dibandingkan dengan generasi lainnya,
dimana hampir semua kehidupan yang di lalui generasi ini selalu menggunakan
internet, baik belajar maupun berkegiatan santainya. Berangkat dari ciri-ciri
itu, timbul pertanyaan baru, apa generasi milenial akan terpapar hoaks? Apa
tanggapan generasi milenial terhadap hoax yang sekarang merajalela di
masyarakat ?
Credit By Google |
Selain
melakukan survei sosial media yang paling sering digunakan oleh generasi
milenial, saya juga sempat melakukan wawancara tipis-tipis dengan salah satu
remaja milenial yang sekarang kuliah jurusan ilmu komunikasi di salah satu
kampus negeri di Indonesia . Berikut kutipan wawancaranya
ME : Dek, hoaks itu apa?He: hoaks itu berita palsu tidak jelas kebenarannya, tidak jelas sumbernya, berita yang memang benar-benar bisa membuat ujarannya kebencian, hoaks itu dibuat oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab , orang yang buat berita seolah-olah berita itu ada padahal tidak ada. itu gambaran hoaks yang saya tauMe : naaaah, apa adek sering mengakses berita hoaks ?He : tidak lahMe : kalau ada berita yang beredar apa adek lagsung percaya nih sama berita tersebut?He: aku selalu cermat dalam memilah sumber, harus dibaca berita secara keseluran tidak asal percaya .Me : apa itu juga berlaku pada teman-teman adek?He : huuu yang dari pelosok2 yang kurang paham, teman-teman dari daerah-daerah kecil yang masih banyak main fb yang masih percaya pada hoaks, apalagi momen politik sekarang banyak yang share berita tidak jelas. Kalau saya pribadi harus bijak dalam memakai media, entah itu lebih cermat dalam memilih berita, kayak ada berita sumbernya kurang jelas ya harusnya kita cari referensi di google tentang kebenaran berita itu, kan sekarang sudah banyak sarana-saran pencarian informasi.Me : jadi sosial media apa yang sering adek gunakan?He : saya lebih sering menggunakan instagram, daripada fbMe : loh kenapa ? alasannya apa?He : Instagram lebih update, maksudnya lebih banyak temanku yang pake ig daripada fb. Ig lebih banyak officialnya dari pada fb dan cepat updatenya. Ig lebih panjat sosial. Fb lebih mudah menjadi tempat persebaran hoax , wadahnya hoaks karena yang pakai masih semua kalangan. Misalnya teman saya yang dari pelosok lebih banyak menggunakan fb daripada ig,ig jarang ada yang main. Di fb juga temanku sering update status pake bahasa alay, tulisan alay yag campuran huruf dengan angka.Me : jadi menurut kamu ig bebas hoaks?He : tidak, tapi di ig teman-temannya bisa di sortir kayak saya, teman ig ku ya hanya temanku saja, saya batasi follow akun aneh2. Karena saya follow akun yang penting jadi temanku ya hanya itu saja, teman ig ku ya temanku semua.Me : oalah jadi yang muncul di feed pembaruan hanya dari kalangan teman-temanmu.He : iyaaa donk
Berdasarkan
hasil wawancara kita bisa menemukan sikap milenial yang diwakili narasumber
mengenai pilihan mengakses sosial media. Instagram dipilih sebagai media sosial
yang digunakan saat ini karena feature yang selalu update dan memiliki privasi
yang cukup baik untuk selektif dalam berteman. Menurut narasumber juga media
sosial instagram dan facebook berbeda generasi pengguna, selain itu narasumber
tidak menggunakan facebook karena facebook menjadi salah satu wadah penyebaran hoaks.
Efek
echo chamber atau ruang gema menjadi salah satu penyebab kenapa narasumber
lebih condong menggunakan media sosial instagram di bandingkan dengan media
sosial facebook. Karena narasumber dan beberapa remaja milenial sangat selektif
dalam memfollow akun yang menurut mereka sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
mereka.
Credit By Google |
Era
teknologi yang berkembang ini semakin membantu masyarakat untuk saling
berkomunikasi satu sama lain. saat ini ada aloritma cerdas yang dibuat untuk
mengenali, mencatat pola data dan mengenali pengguna internet dengan tujuan
awal untuk mempermudah pengguna mendapatkan hal apa yang di inginkan baik di
media sosial maupun di periklanan namun karena adanya algoritma ini akhirnya
membentuk echo chamber yang membuat individu di media sosial sepeerti hanya
berada dalam alam yang sama. Sebuah kelompok secara tidak langsung akan
terbentuk, misalnya saya menyukai postingan mengenai hoaks maka saat itu juga
akan di lini masa akan muncul teman-teman saya yang menyukai postingan senada
dengan saya .
Credit By Google |
Pertanyaan
selanjutnya apa remaja milenial dapat terpengaruh dengan berita hoaks ? ya
jawabannya semua orang dapat menjadi korban dari hoaks dan semua orang dapat
menjadi pelaku penyebaran hoaks. Ini semua sangat erat kaitannya dengan
pengetahuan digital yang di miliki setiap individu.
Terakhir Ujung Tombak
dari Perubahan adalah Remaja.
Remaja harus berpikir
kritis dalam memilah berita
Yuks, Bijak Bermedia
Sosial
Menulis untuk berbagi, Berbagi dengan menulis
Komentar
Posting Komentar