Langsung ke konten utama

Ngobrolin demokrasi sehat tanpa hoaks

Demokrasi sehat tanpa hoax

 
Credit By Google

Saat ini kita berada di jaman serba instan, teknologi yang semakin berkembang pesat membuat semua orang dapat mengakses berita baik melalui portal situs resmi atau portal abal-abal. Tak lupa sosial media menjadi salah satu sarana untuk mengakses informasi . berdasarkan hasil riset tim Litbang MAFINDO menemukan bahwa sosial media facebook, twitter,dan whatsapp sebagai saluran distribusi hoaks selama bulan Juli,Agustsu dan september 2018  .

        Melihat hasil riset ini, wajar kita bertanya-tanya mengapa sosial media facebook menjuarai sebagai tempat hoaks menyebar? Pertanyaan berikutnya mengapa hoaks semakin merajalela? Siapa saja toh pelaku penyebar hoaks? Siapa yang menjadi korbannya? Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi persebaran hoaks ini? Dan yang terakhir apa kaitannya demokrasi dan hoaks?
yuks kita bahas satu-satu .

Credit By Google

         Mengapa sosial media facebook menjadi salah satu tempat persebaran hoaks paling hits saat ini? Menurut saya karena semua orang dapat menggunakan facebook, facebook memiliki fitur yang lebih luwes dibanding sosial media lainnya, semua orang dapat mengakses informasi yang di bagikan oleh penggunanya, timeline di facebook memudahkan untuk melihat konten kiriman orang lain, atau sebaliknya. Fitur status di facebook tidak dibatasi oleh jumlah huruf, selain itu juga facebook merupakan sosial media yang sangat familiar di masyarakat, warga desa, warga kota pasti memiliki facebook, berbagai profesipun pasti memiliki akun facebook ini, selain itu, dalam menjalin hubungan media ini lebih simple dibandingkan media lainnya, saat kita memutuskan add friend atau menambahkan pertemanan di facebook maka saat itu dengan sengaja kita memilih untuk berhubungan dengannya, otomatis akan langsung nyambung, kita akan bisa melihat profil dan updatean yang dibagikan.jadi jangan heran kenapa facebook menjadi tempat yang hits untuk menjadi media persebaran hoaks. (ups, yang ga bisa dipungkirin, kebanyakan pengguna facebook adalah generasi X dan sebagian generasi Y, hihihi klo anak milenial mah udah mulai bergeser menggunakan sosial media yang lebih terkini)
         
   Hmm, kenapa ya dalam 3 bulan terakhir ini hoaks yang beredar mengalami peningkatan? Kita bahas dulu yaa, topik hoaks yang hits selama tiga bulan terakhir... yaaaa hoaks politik juaranya, saat ini Indonesia memasuki tahun politik, dimana tahun 2019 akan ada pemilihan Presiden, wakil presiden dan pemilihan wakil rakyat. So, jangan heran ya klo kedepannya akan banyak gorengan berbau politik...

Credit By Google

        Mengapa berita hoaks mudah tersebar? Hoaks Semakin banyak beredar ? jawabannya, berita hoaks di buat dengan menyasar aspek emosional seseorang, sadar atau tidak kita sadari berita hoaks menggunakan kalimat-kalimat yang berhubungan langsung dengan emosi kita. Dari Judul berita saja, banyak kita jumpai judul yang cenderung mengarahkan pada sisi emosional. Salah satu contohnya adalah berita tanggal 4 september 2018 yang berjudul “Warga China ditangkap anggota TNI AD karena membuat ktp palsu” Saat membaca judul tersebut, serta merta akan menimbulkan perasaan tidak suka kepada salah satu etnis, hmm semakin membuat intoleransi berkembang guys. Perasaan tidak suka ini berawal dari bias konfirmasi. Bias konfirmasi merupakan kecenderungan seseorag untuk mencari bukti yang mendukung pendapat/kepercayaan serta mengabaikan bukti yang menyatakan sebaliknya. Saat orang sudah mengalami bias konfirmasi ya mau dijelaskan bagaimanapun akan tetap ngeyel kalau pendapatnya adalah yang paling benar.
        
         Ssst, saat ini ada istilah echo chamber atau ruang gema. Saat kita menyukai satu tema postingan maka kita secara tidak sadar akan tergiring dalam pertemanan yang sama dengan tema yang sama. Misalnya nih saya menyukai postingan sepatu, maka akan muncul teman-teman yang menyukai postingan yang sama, nah teman yang tidak menyukai postingan itu akan tenggelam karena berbeda pilihan. So, kalo kita menyukai satu postingan yang berisikan hoaks maka pertemanan di media sosial akan tersambung dengan teman-teman yang sama... yaaa, semakin ngeyel lah, semakin tidak menerima pandangan baru yang berbeda.

Credit By Google

        
      Belum berhenti di situ loh, saat ini kita memasuki era post truth dimana kenyataan tidak memberikan pengaruh dalam membentuk opini publik dibandingkan dengan emosi atau keyakinan personal. Karena itu hoaks merupakan berita yang mengarah pada perasaan, ya sama seperti orang yang sedang jatuh cinta, kalau sudah suka maka kenyataan sepahit atau seburuk apapun tidak memberikan pengaruh pada kadar cintanya hihihihi.
      
       Hoaks akan semakin berkembang liar kalau masyarakat kita mengedepankan perasaan tidak suka, perasaan fanatik, mendahulukan perasaan aku sing bener yang lain salah.
           
       Siapa pelaku penyebaran hoaks? Semua orang bisa menjadi pelaku penyebaran hoaks tanpa terkecuali, yaa semua individu yang mengedepankan perasaannya tanpa berpikir kritis.
           
      Siapa korban dari persebaran hoaks? Yaa semuanya, individu –individu yang juga lebih mengedepankan perasaannya.
      
      Sampailah kita pada pembahasan demokrasi sehat tanpa hoaks, kutipan dari artikel Abdul Latip “Demokrasi yang sehat sendiri didasarkan pada pemikiran masyarakat yang memiliki pengetahuan yang luas dan mampu berpikir kritis sehingga mampu membuat keputusan yang bijak dan rasional” (https://www.kompasiana.com/altip/5a45bf9316835f07f5209764/literasi-sains-untuk-demokrasi-yang-sehat ). 
           
       Gimana demokrasi kita mau sehat kalau masyarakat masih mudah percaya pada hoaks, salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah berpikir kritis, sehingga mampu membuat keputusan yang tepat dan tidak mengutamakan pada perasaan emosi saja. Hoaks politik akan terus mengalami peningkatan, kedua pasangan capres dan cawapres menjadi korban dari hoaks politik, dan para calon wakil rakyat yang bertarung pada pemilihan legislatif juga ada yang yang menjadi korban hoaks, hoaks merugikan semua pihak, karena hoaks pertemanan yang adem ayem menjadi rusak, saling sindir menjadi sesuatu yang umum kita jumpai, dan masih banyak dampak negatif dari hoaks ini.

Langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi persebaran hoaks
Cek 1 Baca judul dan isi berita
Cek 2 Baca sumber beritanya, dari portal yang kredibel atau tidak
Cek 3 Bandingkan berita tersebut dengan sumber yang berbeda,
Cek 4 Pikirkan dampak yang akan kamu peroleh kalau kamu membagikan berita tersebut
Cek 5 akses www.turnbackhoax.id atau install aplikasi Hoax Buster Tools di Playstore untuk mengecek keabsahan berita. Situs resmi dan aplikasi yang di miliki oleh MAFINDO.

 
Credit By Google

Jejak digital akan terus ada, ketikan jari-jarimu menentukan kedamaian hati seseorang bahkan Indonesia.



Salam Literasi Digital
Semangat Menulis, Semangat Berbagi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...