Langsung ke konten utama

permainan tradisional "kuno kah?"


         

(Ilustrasi gambar : Google)
        Artikel ini akan membahas mengenai permainan tradisional. Di berbagai daerah Indonesia memiliki permainan tradisional yang sama namun berbeda nama saja. seperti Gobag sodor di kota Kendari dikenal sebagai permainan benteng. namun artikel ini bukan membahas mengenai nama permainan tradisional di berbagai daerah. sebelum lebih lanjut beberapa kali penulis mendapat pertanyaan   "Masih relevankah kita membahas permainan tradisional yang merupakan salah satu contoh tradisi nenek moyang? "Pertanyaan yang cukup menggangu membuat susah tidur …. Kenapa mengganggu? Karena saat ini eranya permainan modern, permainan yang dapat di unduh secara bebas oleh anak hanya dengan menggunakan gadget. Tak dapat dipungkiri, telah hadir permainan-permainan baru dalam kehidupan bermain anak-anak. Permainan yang di kemas dalam aplikasi gadget, menyodorkan kemudahan bagi anak dan orang tua, anak hanya duduk mengunduh aplikasi yang dipilih lalu bermain.
Saat membahas mengenai permainan, makan bermain tak akan lepas dari anak, dimana permainan dan anak merupakan dua dunia yang tidak dapat dipisahkan. Hampir sepanjang waktu kehidupan anak selalu dalam kondisi bermain. Apabila ada seorang anak yang duduk termenung tanpa melakukan apa-apa dapat dipastikan bahwa anak tersebut sudah tidak dalam keadaan normal, mungkin sedang sakit fisik maupun psikis atau keduanya.
Permainan yang pertama kali dijumpai oleh anak adalah permainan tradisional yang diperoleh secara turun-temurun. Salah satu contoh sederhana adalah saat seorang ibu menggudhang anaknya dengan menyanyikan lagu pok ame-ame sembari di ikuti gerakan bermain mengayunkan tangan. Permainan anak tradisional bukanlah permainan yang tanpa makna melainkan permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun berdasar atas berbagai pertimbangan dan perhitungan. Hal ini karena leluhur kita mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan (http://angkringan.or.id/page.php?id=925).
(Ilustrasi Gambar : Google)

Pada dasarnya jenis permainan tradisional yang dilakukan oleh anak-anak sangat bervariasi dan dibedakan berdasarkan sifatnya, jenis kelamin, macam, bentuk serta saat kapan permainan itu dimainkan. Di samping itu permainan tersebut juga sangat ditentukan oleh musim atau “usum-usuman”. Artinya hanya pada waktu dan jenis permainan tertentu saja permainan tradisional dimainkan oleh anak. Ditinjau dari segi sifat permainan, maka Dananjaya (1991: 171) membedakan permainan menjadi dua kelompok yaitu permainan yang sifatnya untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (games).
Perbedaannya adalah jenis permainan yang sifatnya hanya untuk bermain lebih bersifat sebagai pengisi waktu luang atau rekreasi sedangkan jenis permainan bertanding mempunyai sifat khusus seperti lebih terorganisasi, kompetitif, dimainkan paling sedikit dua orang, mempunyai kriteria yang menentukan menang atau kalah, serta mampunyai peraturan permainan yang telah diterima oleh pesertanya. Dari sifat permainan tersebut, maka bagi anak yang akan memainkan suatu permainan tertentu mereka harus mengetahui bermacam-macam peran yang harus dimainkan, strategi apa yang harus diperhitungkan, langkah apa yang harus dijalankan dan sebagainya.
 Dharmamulya (1992: 54) menyebutkan bahwa permainan anak tradisional Jawa mengandung beberapa nilai luhur yang dapat ditanamkan dalam diri anak. Nilai-nilai tersebut antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh, rasa saling membantu dan sebagainya yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Berbagai nilai yang sangat luhur yang terkandung di dalam permainan anak tradisional Jawa tersebut menggambarkan bahwa permainan anak tradisional dapat digunakan sebagai media yang tepat untuk menanamkan kepribadian pada diri anak. Oleh sebab itu keberadaan permainan tradisional hendaknya tetap dilestarikan di samping permainan anak tradisional juga merupakan warisan kebudayaaan bangsa Indonesia.
Permainan tradisional berhubungan erat dengan system nilai budaya, dimana Suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat dan mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi perilaku manusia. sistem nilai budaya yang merupakan bagian dari adat, biasanya dianut oleh suatu persentase yang besar dari suatu kelompok masyarakat. Sebaliknya, karena berada dalam jiwa individu suatu sikap sering hanya ada pada individu-individu tertentu dalam masyarakat. Dengan demikian ada juga sikap-sikap tertentu yang dikarenakan terpengaruh oleh sistem nilai budaya, bisa didapatkan secara lebih meluas pada banyak individu dalam masyarakat.
Contoh dari suatu sikap individu-individu tertentu terutama pada anak-anak misalnya sikap mau menang sendiri dan egois. permainan anak tradisional Jawa, anak-anak yang bermain cenderung untuk dolanan dengan beberapa anak sebaya. Dapat dicontohkan saat memainkan permainan gobag sodor, dibutuhkan 2 kelompok, setiap kelompok dibutuhkan minimal 6 orang anak (genap). Inti dari permainan ini adalah kerjasama kelompok, kekompakan, rasa pengertian terhadap kebutuhan teman sekelompok dan yang paling penting patuh terhadap peraturan dalam permainan tersebut (hukuman bagi kelompok yang kalah).
Saat ada pertanyaan masih relevankah permainan tradisional saat ini, jawabanya tentu saja, karena dengan bermain permainan tradisional ada banyak makna dan nilai yang dapat dipelajari oleh anak. Penulis berkesempatan langsung memawancarai penggiat dolanan tradisional anak yang bernama Cak Mustofa Sam atau yang lebih di kenal sebagai cak Mus. Cak mus bercerita dia mendapat curhatan dari seorang dosen yang merasa mahasiswanya bersikap tidak sopan, kurang unggah-ungguh, ada yang hilang saat ini, tata karma. Menurut Cak Mus saat kita bermain dan memanggil teman kita saat itu pula kita di ajari untuk bersikap sopan. Seorang anak  mengetuk pintu dan bertemu dengan ibu dari temannya, maka anak tersebut akan bertanya “Bu, ada siy B, saya mau mengajak dia main bu”. Masih banyak hal yang dapat diperoleh oleh anak saat bermain tradisional, sudah saatnya kita sebagai orang dewasa menggiatkan kembali permainan tradisional.

NB :
-       -   Tulisan ini berasal dari Skripsi  PERMAINAN ANAK TRADISIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM PERSPEKTIF NILAI-NILAI BUDAYA KLUCKHOHN” Oleh : PURADIAN WIRYADIGDA
-      -  Mas Dian yang bernama lengkap Puradian Wiryadigda merupakan seseorang yang menempuh pendidikan di bidang filsafat dan psikologi perkembangan dan merupakan admin kedua blog ini.
-      -    Cak Mus adalah seorang penggiat dolanan anak yang mendirikan Komunitas Kampung Dolanan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...