Di
setiap tempat selalu ada spot untuk berfoto.di mall, di restoran bahkan
menyediakan satu lahan buat foto. Tempat wisatapun berlomba mempercantik
tempatnya dengan spot foto.
Saat
membuka sosial media hal yang pertama menarik untuk dilihat adalah postingan
foto dari teman pengguna. Postingan foto itu dengan berbagai latar belakang
Kemaren teman saya memposting foto di social medianya, sebut saja Mawar. Mawar tampak berdiri didepan spanduk suatu kegiatan dengan menampilkan wajah yang tersenyum sumringah dengan bibir bergincu merah serta menggunakan blazer hitam dan rok span, tak lupa dibawah fotonya tampak caption kegiatan dari pagi tetap cantik donk.
Perempuan
identik dengan kata cantik, kata putih. Oleh kaum adam Perempuan di definisi sebagai sosok yang selalu ingin
tampil sempurna. Sempurna dalam dandanan bahkan penampilan. Perempuan terkadang
menghabiskan uang, bahkan sampai rela menahan sakit demi cantik. Perempuan juga
rela mencoba beberapa baju sebelum keluar rumah untuk terlihat cantik.
Cantik
identik dengan cermin! Pernyataan tersebut bisa dibenarkan dengan fakta bahwa
perempuan selalu membawa tiga benda wajib yang harus ada didalam tas mereka,
bedak, gincu dan cermin. Setiap waktu cermin tersebut akan di keluarkan dari
tas dan di gunakan untuk sekedar melihat penampilan mereka atau untuk membenahi
tampilan lipstik setelah makan, terkadang perempuan juga tidak segan kekamar
mandi untuk membenahi dandanan.
Perempuan
identik dengan bedak dan gincu, bedak di gunakan untuk membuat kulit wajah
menjadi lebih fresh, gincu digunakan untuk memberikan warna pada bibir. Satu
perempuan biasanya memiliki warna gincu yang lebih dari satu, saya sendiri
memiliki empat warna gincu yang digunakan secara bergantian untuk menunjang
penampilan agar terlihat cantik dan fresh. Dulu, sebelum boomingnya sosial
media, seorang perempuan akan menampilkan dandanan yang cantik saat keluar
rumah untuk ke pesta ataupun arisan.
Perkembangan
teknologi membawa perubahan juga terhadap kebiasaan perempuan jaman now, saat ini benda wajib bagi perempuan
tidak hanya bedak,gincu dan cermin tapi juga handphone dengan aplikasi kamera
cantik. Aplikasi kamera cantik di
handphone memiliki berbagai macam jenisnya, yang terkenal adalah aplikasi
camera 360 atau aplikasi lain sejenis lainnya. Aplikasi ini memperkuat potret
diri perempuan. Bukan pemandangan asing diberbagai tempat, cafe, mall ataupun
di pojok ruangan suatu seminar akan tersedia latar tempat untuk berfoto. Beberapa
waktu lalu media sosial diramaikan dengan tagar kekinian, semua kalangan ramai
memposting foto dengan menyertakan kata kekinian.
Artikel
ini lebih fokus untuk melihat fenomena perempuan dan cekrek. Perempuan jaman
now, remaja perempuan jaman now serta emak–emak jaman now dalam berbagai
kesempatan selalu mengeluarkan foto untuk cekrek, selesai masak cekrek, nyoba
baju dikamar pas juga cekrek, selesai berdandan cekrek, ngumpul dengan teman
cekrek, mau ujian juga cekrek.
Apa
sih penyebab seseorang selalu cekrek di berbagai momen? Sebelum menulis artikel
ini, saya melakukan survey kecil dengan cara mengamati postingan foto yang di
upload pengguna facebook dan instagram. Mungkin dibenak pembaca muncul
pertanyaan kenapa harus facebook dan instagram yang di amati? Jawabannya karena
Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
tahun 2016 pengguna internet di Indonesia cenderung menggunakan sosial media
facebook dan instagram. Pengguna facebook sekitar 71,6 juta atau sebesar 54%
dari pengguna internet, dan aplikasi instagram menduduki peringkat kedua
terbanyak penggunanya yaitu sebesar 11% atau sebanyak 19,9 juta.
Dari
hasil pengamatan saya, di dua akun sosial media tersebut postingan foto yang di
upload didominasi oleh pose perempuan dengan berbagai macam pose. Di berbagai
kesempatan akan selalu ada moment cekrek, setelah itu akan dipilih untuk
diposting di media sosial. Saya sendiri juga cukup sering mengupload foto diri
dengan berbagai latar tempat. Semua itu bisa dikatakan sebagai upaya untuk
memperlihatkan citra diri. Chaplin (2006) mengatakan citra diri merupakan
gambaran diri yang merupakan bagian dari konsep diri yang digambarkan atau
dibayangkan. Citra diri lebih tepat dibahasakan sebagai bentuk persepsi diri
kita sendiri yang memiliki peranan penting untuk memberikan pengaruh dalam
berpikir dan bertindak. Umumnya citra diri dimiliki seorang individu karena pengalaman
masa lalu dan reaksi orang lain terhadap diri kira. Sejak kecil ibu kita, atau
siapapun orangnya selalu memanggil bahkan memuji anak perempuan dengan sebutan
cantik, kata-kata itulah yang akhirnya membentuk citra diri perempuan.
Burns
(1993) memberikan pandangannya mengenai citra diri erat kaitannya dengan
karakteristik fisik baik penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara
berpakaian maupun pemakaian kosmetik. Tidak heran, ketika melihat perempuan
disela waktunya yang padat selalu menyempatkan diri untuk berdandan. Umumnya
saat ini setelah berdandan sebagaian besar perempuan termasuk saya sendiri
selalu berfoto atau istilahnya “cekrek”. Di berbagai momen selalu menyempatkan
diri untuk cekrek, baik tampil sendiri maupun beramai-ramai.
Menurut
saya fenomena perempuan dan “cekrek” itu merupakan tindakan yang wajar, disebut
wajar karena pada dasarnya perempuan memiliki citra diri sebagai individu yang
tampil sempurna. Saat ini citra diri perempuan jaman now di tunjang oleh penggunaan
aplikasi kamera “cantik”. Penggunaan aplikasi ini memperkuat eksistensi mereka.
Eksistensi diri di sini lebih mengarah pada keberadaan diri. Saat perempuan memposting
hasil “cekrek”-nya di media sosial, saat itu juga dia ingin menunjukkan
keberadaan dirinya. Jargon Corgito Ergo Sum “ketika saya berpikir ada, maka
saya ada” dari Rene Descrates menjadi “ketika saya cekrek maka saya ada”. Kenapa
begitu? Jawabannya karena saat kita memposting, otomatis wajah akan sering tampak
di media sosial dan memperlihatkan akan eksistensi perempuan.
Perlu
diingat, segala sesuatu yang berlebihan juga tidak baik, maka saat akan
memposting foto di sosial media sebaiknya beretika atau dengan pose yang tidak
mengandung unsur porno. Pesan terakhir pada tulisan ini tetap bijaklah dalam menggunakan
sosial media.
Komentar
Posting Komentar