Langsung ke konten utama

Lansia dan Sarang Kosong (Rasa yang tak bisa di pungkiri)



Waktu masih kecil, anak selalu berada disamping orangtuanya,  orangtua selalu mendampingi anak dari bangun tidur, menyiapkan segala perlengkapan dan kebutuhan hingga sang anak beranjak remaja. Saat remajapun anak masih berada dalam jarak dekat dengan orangtuanya. Seiring usia berjalan, sang anak beranjak dewasa, biasanya dimulai ketika sang anak memilih untuk melanjutkan pendidikan di universitas yang jauh dari rumah, saat itulah babak awal kehidupan anak dan orangtua akan dimulai. Sang anak harus beradaptasi dengan ketidakhadiran orangtua disisi mereka, begitupula dengan orang tua harus beradaptasi dengan ketidakhadiran anak disisinya. Pada awalnya orangtua selalu khawatir, ketika pertama kali jauh dari rumah orangtua bisa menelpon 3x sehari bahkan lebih hanya untuk memastikan anaknya sudah makan. Fase adaptasi yang dialami oleh orangtua tidak berhenti saat anak memutuskan melanjutkan pendidikan, adaptasi selanjutnya yang harus di alami oleh orangtua saat anak bekerja atau menikah.


                                          (ilustrasi gambar : Google)


Mbahbuk adalah nenek dikeluarga kami, mbahbuk adalah ibu dari mama. “Ca, ojo ngampus yo, temenin mbah.” Setiap hari percakapan itu selalu menjadi kata pengantar dari mbah, dan selalu ada adegan tangan mbah menggenggam tangan saya setiap pamitan keluar rumah. Pada suatu sore, mbah tiba-tiba berkata “ca,aku arep nang rumah sakit” loh kenapa mbah ? timpal saya. Mbah membalas “nang rumah sakit ramai, akeh sing jenguk aku, mamamu kapan datang, bude kapan datang om kapan datang?”.  Mendengar mbah berkata seperti itu seketika saya kaget dan tak bisa berkata apa-apa hanya senyum dan berbalik badan menyembunyikan mata yang tiba-tiba berkaca-kaca. Kejadian seperti itu hampir setiap saat saya hadapi.

Saya tinggal bersama mbahbuk, sosok ibu yang usianya sudah sangat tua, beliau selalu menangis saat menelpon anaknya atau anaknya tidak menjawab telepon darinya. Handphone menjadi barang wajib ditangan mbah. “Ca, hpku mana?” aku mau telpon anakku. Pernah suatu ketika dari sore hingga malam mbahbuk nangis, penyebabanya sepele, menunggu telpon anaknya. Dalam setahun, belasan kali mbahbuk dalam kondisi tidak stabil, suatu ketika saya mendampingi beliau di ambulance hingga masuk ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dan mbah selalu menggengam tangan saya seperti berkata jangan pergi, temanin mbah disini.

Kejadian yang di alami mbahbuk bisa disebut dengan istilah sarang kosong. Awal sarang kosong dimulai saat anak memilih melanjutkan pendidikan di tempat yang jauh dari rumah, saat anak bekerja ataupun saat anak menikah.  Pembaca pasti bertanya-tanya apa sih sarang kosong itu? Sarang kosong atau Empty nest Sindrom merupakan perasaan kosong yang dialami oleh orangtua saat anak meninggalkan rumah. Kenapa ada istilah sarang kosong? Santrock (2002) mengatakan keberadaan anak bersama orangtua memberikan kepuasaan bagi orangtua.  Saat anak beranjak meninggalkan rumah maka orangtua akan merasakan kesedihan ataupun kesepiaan. Hal yang normal jika orang tua merasa sedih ketika ditinggal anak-anaknya. Setelah terbiasa hidup bersama anak puluhan tahun, rasa kehilangan, kekosongan hadir. 

Sarang kosong merupakan suatu perasaan yang wajar di alami oleh orangtua kita. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan seorang ibu yang bisa disebut sebagai bude “ setelah bude berumur 50 tahun ke atas perasaan bude semakin sensitive, sering nelongso kalau berkomunikasi dengan anak dengan nada tinggi, kadang aku merasa di bentak oleh anakku”. Perasaan sensitive, perasaan nelongso merupakan beberapa perasaan yang di hadapi oleh orangtua yang terkena sarang kosong. Perasaan sarang kosong yang melanda orangtua bisa di kurangi dengan keberadaan anak atau orang terdekat yang berada di lingkungan.

 Penulis sebagai seorang yang secara langsung mendampingi lansia berbagi mengenai langkah untuk mendampingi lansia. Prinsip utama yang harus di pahami adalah lansia butuh pendamping yang sabar dan mengerti mau mereka, lansia memiliki perasaan yang sensitive entah emosi marah atau emosi sedih secara berlebihan.  Caregiver atau pendamping lansia harus  memberikan pengertian mengenai keadaan yang saat ini di rasakan oleh mereka, memberikan pengertian saat mereka menanyakan keberadaan anak mereka yang jauh, menjelaskan dengan sabar aktivitas anak mereka. suatu saat kalau ada libur pasti akan berkunjung, caregiver juga haruslah mempunyai skill mendengarkan karena mereka akan terus bercerita mengenai kehidupan mereka di waktu lalu. Skill utama yang harus di miliki oleh caregiver atau pendamping lansia adalah sabar.

Siapkah saya mengalami sarang kosong? Pertanyaan seperti itu terkadang terlintas di benak kita, benak orang tua kita, beberapa kali saya membaca status facebook teman, saudara yang mencurahkan perasaan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak yang semakin besar, jangan cepat gede ya nak, waktu tidak terasa kamu semakin dewasa anakku, sebentar lagi akan sekolah yang jauh. Cepat atau lambat sarang kosong akan menyapa sebagai orangtua kita harus menyiapkan diri. Pengamatan yang penulis lakukan terhadap orangtua, setiap orang tua harus memiliki kegiatan yang positif misalnya melakukan kegiatan yang di sukai entah memasak atau merajut, memperbanyak ibadah dan bersosialisai serta mengatur waktu untuk berkunjung atau berpergian bersama anak dan cucu. Satu hal yang menjadi aspek penting dalam mencegah sindrom sarang kosong adalah kasih sayang dan dukungan sosial dari keluarga, tetangga.

 Saat ini saya mendampingi mbahbu, besok saya akan mendampingi orangtua dan mertua saya, dan nantinya saya yang akan didampingi oleh anak dan cucu. Suatu saat kita meninggalkan rumah dan suatu saat nanti kita akan ditinggalkan dirumah sendiri. Siklus itu akan terus terulang dengan pihak-pihak yang berbeda. Waktu terus berjalan, sarang kosongpun akan menyapa. . Pesan penulis untuk semua anak yang berada jauh dari orangtua sempatkanlah telpon orangtua menanyakan kabar dan bercerita mengenai aktivitas dan kalau ada waktu kunjungilah orangtua, kehadiran anak merupakan obat paling mujarab bagi orangtua kita.
                                              (Ilustrasi gambar : Google)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Berteman dengan stress? wajar ga siy?

  Stress ? wajar ga siy? Buka tiktok eh fypnya tentang stress, butuh healing... dan generasi Z sering mendapat klaim mudah kena mental, mudah stress dan cap lainnya... nah artikel kali ini akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang sering muncul ketika membahas tentang stress. Pertanyaan pertama... Stress itu normal ga siy? .. tentu saja normal.. semua orang pasti memiliki stress dan bahkan mungkin saat membaca tulisan ini teman- teman sjawabannyaedang stress.. karena stress merupakan kondisi individu yang mengalami  ketidakseimbangan antara harapan dan juga kenyataan dan juga stress bisa berarti sebagai reaksi individu dari perubahan dan juga tekanan yang dialami.  Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, Stress tidak wajar saat terlalu berat, dan durasinya lama.  Pertanyaan kedua,.. Apa saja pemicu stress?  ... Trigger tiap orang terhadap stress berbeda-beda namun yang pasti saat individu mengalami tekanan, mengalami ketidaknyamanan karena per...

Rekayasa sosial bukan hipnotis (3)

   Manipulasi individu memiliki kemiripan dengan rekayasa sosial, bahkan mungkin dapat dikatakan perbedaannya setipis tisu dibagi dua.  Bedanya dimana? hanya pada kegiatan manipulasinya, dimana rekayasa sosial memiliki tujuan memanipulasi individu agar dapat membagikan informasi yang seharusnya tidak dibagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak dipercaya ataupun juga mengklik situs website yang tidak seharusnya di klik.  Umumnya rekayasa sosial untuk mendapatkan informasi penting terkait data pribadi ataupun nomer rekening dan memiliki fokus pada cuan.  Rekayasa sosial umumnya menggunakan taktik psikologis dengan menimbulkan rasa takut pada target. Misalnya saja pemberitahuan dari orang tidak dikenal mengenai kartu kredit anda sudah jatuh tempo, jika tidak dibayar segera akan ada sanksi. Selain itu juga, rekayasa sosial memanfaatkan sisi baik dari target yaitu dengan tindakan butuh bantuan dari target sehingga target akan mememnuhi kebutuhan pelaku. Misalnya ...