(ilustrasi gambar :google) |
Facebook, instagram dan media
sosial lainnya memberikan kemudahan dalam menjalin komunikasi , namun tanpa
kita sadari mengakses media sosial secara berlebihan juga memberikan dampak
negative bagi penggunanya. Beberapa waktu lalu muncul anekdot “media sosial
tempat pamer” , segala sesuatu dapat di posting tanpa ada aturan yang jelas.
Facebook dengan keunggulan updatean status, instagram dengan platform unggah
foto dan hastag bahkan sekarang whatsapp yang merupakan media sosial jenis
jejaring sosialpun memiliki platform update foto dan status. Semakin mudahlah
orang untuk berbagi.
Terkadang kita membuka membuka
sosial media tujuannya untuk mengakses hiburan atau informasi namun saat
mengakses media sosial kita tidak punya akses langsung untuk mencari postingan
hiburan, mau tidak mau kita harus melihat postingan teman. Dua minggu yang lalu
musi liburan, sudah tidak dapat di pungkiri postingan media sosial berseliweran
foto- foto maupun update-an status bertemakan libur. Lah postingan ini tanpa di
sadari menggangu pengguna sosial media yang tidak berlibur.
Iri? Envy ? apa media sosial
dapat menimbulkan perasaan iri? Survey membuktikan yaa postingan di media
sosial dapat menimbulkan perasaan iri bagi pengguna lainnya. Lagi dan lagi
sebelum artikel ini kami terbitkan ya kami selalu melakukan survey dan diskusi
terlebih dahulu. Oh ya, artikel ini terinspirasi dari cerita salah satu teman
diskusi saya “menurut dia, postingan di instagram lebih mengandung pencitraan,
terlalu sering melihat instastory, beranda facebook, twitter bahkan stroty wa
malah bikin tambah stress saking banyaknya yang ingin menujukkan eksistensinya.
Tentu saja cerita dia tentang eksistensi di media sosial ini berlanjut menjadi
diskusi. Eksistensi seperti apa? “dia pun menjawab, orang-orang yang
menunjukkan pencapaiannya, usia seperti saya ini (remaja akhir) banyak
persoalan mengenai pencapaian, semua berlomba-lomba biar menjadi wah. Nah
pencapaian seperti apa? “soal ukuran kesuksesan kak, misalnya teman saya lolos
pendidikan aparatur sipil Negara, pamer cekrek captionnya menatu idaman, atau
kalau yang cewek pamer kalau pacarannya angkatan dan masih banyak contoh
lainnya, jadinya saya merasa bagaikan sebutir kacang didalam kolak”
Cerita di atas, bukan hanya
berasal dari satu orang saja, masih banyak remaja-remaja lain yang merasakan
perasaan “sebutir kacang di dalam kolak” . Tentu saja perasaan itu tidak hanya
melanda diri remaja saja, orang dewasapun rentan mengalaminya. Perasaan ini
dapat kita bahas sebagai bentuk emosi negative” envy” atau iri.
Smith dan Kim (2007) mengatakan envy
atau iri merupakan hasil dari emosi menyakitkan yang muncul sebagai hasil dari
perbandingan dengan orang lain. Perasaan iri hati atau envy ini akan selalu
menyertai saat kita berinteraksi dengan orang lain, saat kita melihat orang
lain kehidupannya lebih enak dibandingkan kita. Envy merupakan bagian dari
perasaan inferior (rendah diri dibandingkan dengan orang lain). Iri hati
memiliki sisi positif juga loh, ups jangan langsung dihujat ya, yuks kita
telusuri bersama dulu. Terkadang teman memposting kegiatan acara, dan saat
melihat itu reflex kita berujar “ah hanya seperti itu, saya juga bisa lebih”
nah perasaan itu dapat dikatakan envy positif. Karena saat melihat postingan
orang lain, kita malah termotivasi. Kalau perasaan “bagai kacang dalam kolak”
ya bisa dikatakan iri hati yang negative.
ilustrasi gambar :google |
Curhat dikit nih, penulis pun pernah
bahkan masih sering merasa “envy” dengan kesuksesan orang lain, tapi bukan
postingan sembarangan yang buat penulis baper loh. Kalau hanya postingan berupa
tas, kendaraan atau handphone mah ga ngaruh. Postingan rekan-rekan senior yang
bisa meng-upgrade ilmu dan pengetahuan dalam berbagai kegiatan seminar atau
workshop, postingan teman-teman yang menampilkan karya-karyanya. Saat penulis
melihat postingan itu ya baper ya, dan reflex “saya harus bisa menghasilkan
karya” .
Media sosial merupakan sarana
untuk berbagi, Hakikatnya manusia selalu membutuhkan pengakuan. Sesuai teori
motivasi dari mbah Maslow tingkat tertinggi dari motivasi adalah aktualisasi
diri,nah karena itu stop sawang sinawang, rumput di tetangga pasti lebih hijau.
Tapi pernah kah kita merenungkan usaha apa yang dilakukan oleh tetangga supaya
rumputnya selalu hijau?
sumber : google |
Penulis hanya dapat mengingatkan, “pengguna
media sosial memiliki dua opsi menggunakan media sosial dengan bijak yaitu dengan
mengontrol intensitas waktu akses atau dengan menutup akun media sosial. Tentu
saja pilhan ada positif dan negatifnya.
Btw, Iri hati erat kaitannya
dengan konsep diri seseorang, kepercayaan diri dan tentu saja harga diri. Mau tau
lebih dalem terus pantengin blog “ngobrolin psikologi,komunikasi dan filsafat”.
oia, matur nuwun buat seorang teman yang menginspirasi hingga lahirlah artikel dengan judul nyeleneh ini.
selamat membaca
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar